Bismillah…
Nak, tulisan ini ayah buat ketika kalian masih kecil,
belum mengenal kata dan tulisan, tapi ayah risih, dan khawatir beberapa
belas/puluh tahun lagi mungkin keresahan ayah akan terjadi.
Izinkan Ayah bercerita, ketika ayah kecil dulu, ramadhan adalah bulan
yang amat berkesan… Kelas 3 SD adalah pertama kalinya ayah bisa berpuasa
full 1 bulan. Di tahun sebelumnya ayah hanya sanggup 10an hari dan
tahun sebelumnya hanya sanggup 3 hari. Sisanya ayah hanya berpuasa
setengah hari saja.
Nak, di masa ayah kecil dulu, warung kedai makan tidak buka, tertutup oleh tirai. Ayah tidak bisa mengintip makanannya sehingga ayah kuat berpuasa dan tidak ada pikiran untuk membatalkan puasa ayah. Di warung itu hanya terlihat beberapa pasang kaki yang duduk-duduk.
Saat ayah sekolah, kantin sekolah pun tutup. Tidak berjualan seperti bulan-bulan sebelumnya, entah apa alasan mereka nak, yang jelas dengan tutupnya kantin, ayah merasa lebih kuat karena teman-teman ayah tidak ada yang jajan. Di sekolahpun ayah belajar lebih banyak tentang islam dengan program sekolah seperti pesantren kilat.
Anak-anakku.. tahun-tahun belakangan ini di Bulan Ramadhan, seiring dengan bebasnya masyarakat mengungkapkan pendapatnya di depan umum, muncul satu gagasan bahwa Orang yang berpuasa harus menghormati orang yang tidak berpuasa. Awalnya Gagasan ini sangat terkesan toleran dan seolah-olah menunjukkan betapa bijaknya kita sebagai umat islam dengan menghormati orang yang tidak berpuasa.
Tapi jika kita berpikir lebih jernih, apa iya harus seperti itu? Apa iya orang-orang yang menjalani kewajiban puasa di bulan Ramadhan yang datang hanya sekali setahun, masih harus mengalah dengan orang-orang yang tidak berpuasa.
Nak, Dengan munculnya gagasan itu, perlahan hadir pula gagasan bahwa warung makan tidak perlu di tutup-tutupi dengan tirai, karena mereka menganggap bahwa iman mereka kuat, tidak akan tergoda oleh makanan-makanan. Mereka juga beranggapan bahwa yang meminta warung makan tutup adalah bentuk iman yang manja. Puasa kok manja.
Anak-anakku sayang, ketika ayah sekolah dulu, ayah belajar tentang Reaksi kimia yang disertai dengan perpindahan kalor/panas. Di sana ada reaksi Endoterm dan Eksoterm. Apa itu? Sederhananya begini, Ada yang namanya sistem, ada juga yang namanya Lingkungan.
Sistem dan Lingkungan ini adalah rangkaian yang selalu berinteraksi satu sama lain. Perpindahan panas Sistem yang mempengaruhi Lingkungan dinamakan reaksi Eksoterm, sedangkan perpindahan panas Lingkungan yang mempengaruhi sistem dinamakan Reaksi Endoterm.
Nak, andaikan sistem ini adalah manusia, maka ia akan terus menerus berinteraksi dengan lingkungan. Maka apabila lingkungan ini baik, perlahan-lahan manusia tsb akan menjadi baik. Begitu pula ketika lingkungan itu buruk, lambat laun manusia juga akan menjadi buruk akibat pengaruh dari lingkungannya. Ini adalah Hukum alam yang tidak bisa dinafikkan.
Saat ini, dengan munculnya gagasan-gagasan bahwa kedai dan warung terbuka lebar dan tidak perlu tutup ketika bulan ramadhan dengan alasan menghormati yang tidak puasa, terjadi pro dan kontra di masyarakat.
Ayah tidak banyak berkomentar tentang itu, yang ayah pikirkan hanya bagaimana nanti jika anak-anak ayah hidup di lingkungan yang ketika berpuasa, warung makannya terbuka lebar, teman-teman kalian makan dengan enaknya tanpa menghormati kalian bahkan mereka meminta kalian yang sedang berpuasa untuk menghormati mereka yang tidak berpuasa, padahal mereka muslim. Lingkungan seperti inilah yang ayah khawatirkan akan mempengaruhi kalian.
Nak,, Apabila boleh ayah meminta kepada pembuat gagasan itu dan kepada mereka yang setuju… Jikalau kami yang berpuasa harus menghormati yang tidak berpuasa, maka izinkanlah kami meminta kalian yang tidak berpuasa, untuk menghormati anak-anak kami yang sedang belajar berpuasa.
Jadi kami mohon, jika memang warung masih bisa di tutupi dengan tirai, tutuplah.. bukan demi kami yang imannya lemah,, tapi demi anak-anak kami yang sedang belajar menguatkan iman mereka.
Kami mohon, jika memang kedai/kantin masih dapat di sesuaikan jam operasionalnya, sesuaikanlah dengan yang berpuasa. Bukan demi kami yang kata kalian manja, namun demi anak-anak kami yang sedang belajar untuk menjadi pribadi yang kuat dan tangguh dengan berpuasa.
Anakku… apabila setidaknya 10 tahun lagi kekhawatiran ayah benar-benar terjadi, dan kalian tergoda dengan itu semua, maka pesan ayah hanya satu. kembalilah kepada Alquran dan Sunnah Rasul. bacalah selalu, genggam erat dan Gigitlah dengan geraham kalian ajaran-ajarannya sebagaimana rasul saw menyuruh untuk menggigitnya. Ciptakan imunitas yang kuat agar kalian bisa mewarnai lingkungan kalian dengan kebaikan-kebaikan dan Berdoalah agar keturunan kalian dapat terus istiqomah dengan Islam yang lurus.
Wallahualam… Semoga ini hanya kekhawatiran ayah yang berlebihan.
Posted on June 12, 2016 by syaheja
Nak, di masa ayah kecil dulu, warung kedai makan tidak buka, tertutup oleh tirai. Ayah tidak bisa mengintip makanannya sehingga ayah kuat berpuasa dan tidak ada pikiran untuk membatalkan puasa ayah. Di warung itu hanya terlihat beberapa pasang kaki yang duduk-duduk.
Saat ayah sekolah, kantin sekolah pun tutup. Tidak berjualan seperti bulan-bulan sebelumnya, entah apa alasan mereka nak, yang jelas dengan tutupnya kantin, ayah merasa lebih kuat karena teman-teman ayah tidak ada yang jajan. Di sekolahpun ayah belajar lebih banyak tentang islam dengan program sekolah seperti pesantren kilat.
Anak-anakku.. tahun-tahun belakangan ini di Bulan Ramadhan, seiring dengan bebasnya masyarakat mengungkapkan pendapatnya di depan umum, muncul satu gagasan bahwa Orang yang berpuasa harus menghormati orang yang tidak berpuasa. Awalnya Gagasan ini sangat terkesan toleran dan seolah-olah menunjukkan betapa bijaknya kita sebagai umat islam dengan menghormati orang yang tidak berpuasa.
Tapi jika kita berpikir lebih jernih, apa iya harus seperti itu? Apa iya orang-orang yang menjalani kewajiban puasa di bulan Ramadhan yang datang hanya sekali setahun, masih harus mengalah dengan orang-orang yang tidak berpuasa.
Nak, Dengan munculnya gagasan itu, perlahan hadir pula gagasan bahwa warung makan tidak perlu di tutup-tutupi dengan tirai, karena mereka menganggap bahwa iman mereka kuat, tidak akan tergoda oleh makanan-makanan. Mereka juga beranggapan bahwa yang meminta warung makan tutup adalah bentuk iman yang manja. Puasa kok manja.
Anak-anakku sayang, ketika ayah sekolah dulu, ayah belajar tentang Reaksi kimia yang disertai dengan perpindahan kalor/panas. Di sana ada reaksi Endoterm dan Eksoterm. Apa itu? Sederhananya begini, Ada yang namanya sistem, ada juga yang namanya Lingkungan.
Sistem dan Lingkungan ini adalah rangkaian yang selalu berinteraksi satu sama lain. Perpindahan panas Sistem yang mempengaruhi Lingkungan dinamakan reaksi Eksoterm, sedangkan perpindahan panas Lingkungan yang mempengaruhi sistem dinamakan Reaksi Endoterm.
Nak, andaikan sistem ini adalah manusia, maka ia akan terus menerus berinteraksi dengan lingkungan. Maka apabila lingkungan ini baik, perlahan-lahan manusia tsb akan menjadi baik. Begitu pula ketika lingkungan itu buruk, lambat laun manusia juga akan menjadi buruk akibat pengaruh dari lingkungannya. Ini adalah Hukum alam yang tidak bisa dinafikkan.
Saat ini, dengan munculnya gagasan-gagasan bahwa kedai dan warung terbuka lebar dan tidak perlu tutup ketika bulan ramadhan dengan alasan menghormati yang tidak puasa, terjadi pro dan kontra di masyarakat.
Ayah tidak banyak berkomentar tentang itu, yang ayah pikirkan hanya bagaimana nanti jika anak-anak ayah hidup di lingkungan yang ketika berpuasa, warung makannya terbuka lebar, teman-teman kalian makan dengan enaknya tanpa menghormati kalian bahkan mereka meminta kalian yang sedang berpuasa untuk menghormati mereka yang tidak berpuasa, padahal mereka muslim. Lingkungan seperti inilah yang ayah khawatirkan akan mempengaruhi kalian.
Nak,, Apabila boleh ayah meminta kepada pembuat gagasan itu dan kepada mereka yang setuju… Jikalau kami yang berpuasa harus menghormati yang tidak berpuasa, maka izinkanlah kami meminta kalian yang tidak berpuasa, untuk menghormati anak-anak kami yang sedang belajar berpuasa.
Jadi kami mohon, jika memang warung masih bisa di tutupi dengan tirai, tutuplah.. bukan demi kami yang imannya lemah,, tapi demi anak-anak kami yang sedang belajar menguatkan iman mereka.
Kami mohon, jika memang kedai/kantin masih dapat di sesuaikan jam operasionalnya, sesuaikanlah dengan yang berpuasa. Bukan demi kami yang kata kalian manja, namun demi anak-anak kami yang sedang belajar untuk menjadi pribadi yang kuat dan tangguh dengan berpuasa.
Anakku… apabila setidaknya 10 tahun lagi kekhawatiran ayah benar-benar terjadi, dan kalian tergoda dengan itu semua, maka pesan ayah hanya satu. kembalilah kepada Alquran dan Sunnah Rasul. bacalah selalu, genggam erat dan Gigitlah dengan geraham kalian ajaran-ajarannya sebagaimana rasul saw menyuruh untuk menggigitnya. Ciptakan imunitas yang kuat agar kalian bisa mewarnai lingkungan kalian dengan kebaikan-kebaikan dan Berdoalah agar keturunan kalian dapat terus istiqomah dengan Islam yang lurus.
Wallahualam… Semoga ini hanya kekhawatiran ayah yang berlebihan.
Posted on June 12, 2016 by syaheja
0 comments:
Posting Komentar